Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Nihil

Saya lagi gak punya ide buat menulis. Sudah ya.

Jogja Ora Didol

Gambar

Dolanan

Gambar
Yo prakanca dolanan ing njaba Padhang mbulan padhange kaya rina Rembulane kang ngawe-awe Ngelikake aja turu sore-sore.

#pembelaan

Gambar
Teman saya: Selamat sore, Pak. Saya mau komplain. Kenapa kok kegiatan pengaspalan jalan dilakukan sore hari? Kenapa gak malam hari saja? Ini kan waktunya orang-orang pulang dari tempat kerja menuju rumah. Jalanan jadi macet gini, Pak. Polisi: Sore, Mas. Ini saya juga sudah saya panggil mandornya. Tapi gak datang-datang sampai sekarang. Mereka belum koordinasi sama saya. Teman saya: Oke, Pak. Saya cuma mau komplain saja. Tolong koordinasinya, Pak. Biar gak bikin macet sepanjang ini. Polisi: Oke, Mas. Terima kasih. *aksi nyeleneh teman saya sore tadi. Katanya, daripada aku cuma misuh gak karuan karena macet, lebih baik tegur langsung ke petugas.

Batik

Tulisan ini berangkat dari hasil chattingan sama Ilmi. Soal batik yang dijadikan salah satu warisan dunia oleh Unesco. Kenapa harus batik? Bagaimana nasib ulos, tenun ikat, dan tenun lainnya. Bagaimana dg batik papua yg muncul belakangan, hasil nodifikasi dari seniman Papua?

Sumpah, Pemuda!

"Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda(i)," - Tan Malaka. Selamat hari Sumpah Pemuda. Karena kalau sudah tua, orang akan lebih realistis dan lupa dengan idealisme di masa muda.

#pemaknaan

Tiap kali memfasilitasi kegiatan outbound pelajar SD, saya berdoa semoga orang tua tidak ikut campur dan turun ke lapangan. Kenapa? Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, sebagian orang tua hanya menjadi penghambat keberanian dan kepercayaan diri anak. Contoh kasusnya begini. Hari ini outbound dari siswa kelas 2 SD Muhammadiyah Sapen. Si anak, sebut saja Azka sangat aktif dan berani untuk menyeberangi jembatan bambu. Akan tetapi si ibu sangat khawatir akan kesehatan anaknya. Padahal sedari awal acara saya lihat anaknya aman-aman saja. Di tengah perjalanan, ibunya teriak bahkan memarahi anaknya agar menghentikan permainan. Si anak marah karena ia merasa bisa. Saya menengahi dengan menenangkan si ibu dan menyemangati anaknya. Pelajaran buat saya hari ini, tanpa disadari salah satu penghambat diri kita untuk maju adalah diri kita sendiri. So, buat apa takut kalau masih ada beribu alasan untuk berani?

Segelas Teh Hangat

Gambar
Foto ini diambil ketika mereka-mereka tengah jenuh dengan tugas kesekretariatan seminar dan temu alumni. Setelah keluar dari kamar kosnya Rhea yang dinginnya 21°C, kami sama-sama memesan teh hangat. Saya teringat dengan salah satu adegan dari mini film Line "Nic & Mar", kata Mariana Renata di film itu, ketika kita sedang gak enak hati dan pikiran, coba minum teh hangat sambil memejamkan mata. Lalu bayangkan hal-hal yang indah. Maka, saat kita membuka mata kita kembali, hati dan pikiran menjadi tenang. Dan mereka pun melakukan itu sedemikian rupa.  Bedanya, di film tersebut waktu Mariana membuka mata, di depannya ada Mas Nicholas Saputra lagi senyum. Sedangkan kami? Disenyumi tukang mi ayam yang nganterin pesanan.  Selamat malam. Semoga harimu menyenangkan :)

Kemana Perginya Sumbangan?

Sudah mafhum bagi kita warga Indonesia akan adanya bencana alam. Banjir, gunung neletus, tanah longsor, gempa, dan terakhir kebakaran hutan yang menyebabkan sebagian daerah di Sumatra dan Kalimantan terkena kabut asap. Kalau yang kabut asap ini, beberapa publikasi menyebutkan selain dipicu oleh kemarau panjang juga dikarenakan kegiatan pembakaran hutan yang disengaja. Kaitannya dengan perluasan lahan usaha dari beberapa perusahaan. Bencana alam tentu menimbulkan banyak korban. Entah korban materi dan non materi. Juga korban perasaan. *iyuh* Tentu korban-korban itu perlu banyak bantuan dari pihak-pihak luar yang mampu. Akhirnya, banyak lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat luas dan membagikan kepada para korban. Selain dari lembaga semacam PMI di pihak negara atau Rumah Zakat di pihak swasta juga muncul gerakan inisiatif dari warga. Media sosial memiliki andil dalam gerakan sosial ini. Beberapa orang hanya menuliskan kicauan di twitter lantas di-retweet oleh orang l

Kalah

Gambar
Pelajaran hidup yang juga penting tapi seringkali luput diajarkan oleh para tetua dan mahaguru adalah penerimaan atas kekalahan. Pembelajaran mempersiapkan diri kita untuk menjadi pemenang, tapi lupa mempersiapkan diri juga untuk kalah. Sedih, pasti ketika kalah. Patah semangat, juga ada. Semua perlu dirasakan. Namun ada porsi dan waktunya sendiri. Jangan lupa segera bangkit setelah kalah. Jangan lupa bersiap bahwa hidup terdiri atas dua sisi. Menang dan kalah.

Selamat Hari Santri Nasional?

22 Oktober 2015, Presiden Jokowi mendeklarasikan Hari Santri Nasional di Masjid Istiqlal Jakarta. Bersama Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, Jokowi menepati salah satu janji kampanyenya yaitu menjadikan satu hari di bulan Muharram sebagai Hari Santri Nasional. Banyak pihak yang setuju dan juga yang tidak setuju terkait dengan keputusan ini. Saya berada di pihak yang tidak setuju. Ada banyak alasan kenapa saya menolak ditetapkannya Hari Santri Nasional. Tentu bukan karena saya pernah jadi aktivis mahasiswa Muhammadiyah. Pertama, soal definisi santri sendiri. Siapakah mereka? Mengapa keberadaannya perlu diperingati? Jika kita memakai pandangan sederhana, santri itu identik dengan tradisi pendidikan warga Nahdliyin. Sedangkan di Muhammadiyah, jarang sekali dikenal istilah santri pada pola pendidikannya. Walaupun, Muhammadiyah juga memiliki pesantren dan sekolah berasrama di amal usahanya. NU dan Muhammadiyah sendiri adalah 2 ormas besar Islam di Indonesia yang keduanya saling 

Orientasi Kampus dan Perkembangan Zaman

Hari ini saya diminta seorang sahabat untuk mendampinginya dalam pelepasan wisudawan Program Magister Akuntansi FEB UGM. Seperti biasa, dalam acara-acara formal kampus tentu ada sesi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Himne Gadjah Mada. Ketika menyanyikan Himne Gadjah Mada, entah kenapa jantung saya selalu berdegup. Serasa ada yang berdesir. Ah, itu hanya perkara terlalu banyak bawa perasaan. Saya mencermati bait per bait. Tentu ada makna tertentu dalam tiap liriknya. Lalu ingatan saya kembali ke masa PPSMB atau Ospek UGM. Di zaman saya, Ospek UGM sudah disesuaikan dengan kebutuhan output kampus. Yang saya ingat, materi yang diberikan selama 5 hari adalah bagaimana menjadi seseorang yang sukses dan memiliki jabatan penting dalam tiap posisi. Waktu itu euforia anak muda pencari kesuksesan membuat saya berpikir hal itu adalah hal biasa. Semakin ke sini, saya semakin sadar soal kapitalisme. Masyarakat dan sekolah mencetak kami-kami ini menjadi kelas pekerja. Sukses adal

#soliloquy

Kenapa kamu kritis? Karena saya punya pandangan ideal tersendiri terhadap sesuatu. Apakah berarti kamu perfeksionis? Sepertinya semacam bisa dibilang seperti itu. Saya mengharapkan tatanan ideal dalam berbagai aspek. Mengkritisi berarti melihat berbagai kekurangan dalam berbagai sisi. Apakah itu artinya kamu tidak mau menerima pandangan orang lain dan keukeuh dengan pandanganmu sendiri? *kemudianhening*

Membaca Antiminiatuur

Gambar
Tugas menulis hari ini menjadi terasa berat. Gimana enggak, panitia #BBKU membuat kewajiban dadakan untuk mereview tulisan teman lain. Untuk mereview tentu kita perlu membaca terlebih dahulu. Itu yang berat. Membaca, secara minat baca saya sedang rendah-rendahnya. Berat yang kedua, tulisan yang saya review adalah milik juara #BBKU. Kebayang dong menilai tulisan yang secara aklamasi dianggap terbaik oleh teman-teman peserta #BBKU1.  *** Saya mendapat tugas mereview tulisan Jarwo. Secara umum, membaca tulisan Jarwo kayak baca Catatan Pinggir-nya Goenawan Mohamad. Tentang keseharian sih. Sederhana tapi juga bikin dahi mengernyit yang artinya banyak hal yang belum saya tau dan mesti cari tau. Dari tema-tema sederhana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari ini kemudian dielaborasi dengan teori dan referensi lain dan menghasilkan karya nan asyik. Sebagai contoh di tulisan berjudul Terekam, Jarwo menggabungkan teori Foucault dalam pandangannya terhadap kasus video h

Sajak Sederhana

Ya, begitulah hidup. Maka, sejauh apa, saat mata ini mengenal warna. Begitu pula gunung ini, yang sangat indah dengan warna merah, dan sesayup mata kantup yang tajam. Itu mungkin terlalu sipit, tetapi sangat besar untuk membanggakan harapku. Sepertinya sangat sederhana. Kau tau, bahwa sederhana itu indah. Dan sederhanamu adalah lebih dari kemewahan. Betapa aku sangat rindu gunung ini, menyeberangi hari, bermain tanah. Bersama anak-anak, memainkan harapan, barangkali kau ada di sebelahku. Kau tau, saat itu aku berdoa bersama mereka, agar kau menjadi mereka, yang lantun membesarkan harapku. Lalu setelah itu nafasku bengal, karena hati baru saja bergoyang, melantun seindah harapan itu. Dan dadaku bergetar, memaksa latah mataku menjelajari matamu. Untuk Pak Guru bijak dalam Kelas Filsafat di atas bukit Plosorejo~

Hari Pangan Sedunia

"Bersyukurlah karena masih bisa makan. Maka, habiskanlah makananmu. Jangan tersisa sebutir nasi pun." - Bagian Dapur KKN 154. *** Imbauan di atas pernah saya tulis di dapur Pak Lurah Desa Plosorejo, tempat saya KKN 4 tahun silam. Saat menulis itu, saya sedang sebal pada teman-teman KKN yang kebetulan baru saya kenal. Mereka adalah teman-teman yang berasal dari kelas sosial atas. Anak pejabat teras, anak pegawai swasta yang sudah punya jabatan tinggi, bahkan anak seorang direktorat di salah satu kementerian di Jakarta. Saya mah, apa atuh, cuma anak dari bapak yang sangat keren. Haha.. Well, kebiasaan hidup kelas atas seringkali membuat mereka lupa untuk menghargai hal-hal kecil. Tidak menghabiskan makanan yang sudah capek-capek dimasak adalah salah satunya. Berangkat dari rasa syukur atas kelimpahan pangan dan bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia, kemarin 16 Oktober, saya diingatkan kembali oleh seorang teman kos. Teman saya ini adalah seorang lulusan Fakultas Teknologi

Kemana Arah Sepakbola Kita?

"Jika kau bisa tertawa di tengah masalah, maka kau menang" Sebuah kutipan pendek dari Kapten Jack Sparrow, Jhonny Deep. ......... Sepakbola Indonesia masih kacau, belum ada indikasi membaik. La Nyala Mataliti dan Imam Nahrowi belum baikan, sanksi FIFA belum dicabut, 'generasi emas' Evan Dimas dkk tidak punya tempat untuk berkompetisi setelah liga dihentikan , dan masih banyak masalah lain. Adalah Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden yang kemudian muncul menjadi kompetisi 'pengganti' Liga Indonesia. Piala Kemerdekaan sudah berlalu, menghasilkan PSMS Medan sebagai juara. Di partai final, Ayam Kinantan berhasil menjinakkan Persinga Ngawi dengan skor 2-1. Tidak ada kerusuhan berarti yang terjadi selama pagelaran, yang artinya turnamen ini 'berjalan mulus'. Walaupun pesertanya bukanlah klub- klub yang punya tradisi juara. Lihat saja Persatu Tuban yang bahkan masih berlaga di liga amatir 3 tahun lalu. Cilegon United, Ps Kwarta, Persebo Bondowoso, dll. W

Terbentur. Terbentuk.

Gambar
Adalah sebuah mantra dari tokoh bernama Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka yang menjadi motivasi eksternal dalam hidup saya. Mantra ini begitu mengena dalam proses pembentukan diri saya. Teringat waktu usia saya 19 tahun, saya pernah berpikir, "hidup gue kok gini-gini amat ya? Cuma kuliah, kos, main." Waktu itu rasanya gak ada yang gereget selain tiap malam menggosipkan gebetan gagal yang letaknya nun jauh di Tangerang. Sampai akhirnya setelah lulus sarjana, saya pernah merasakan indahnya kerja kantoran. Di angkatan saya, bisa dibilang saya orang pertama yang mendapat pekerjaan sesudah lulus. Maklum, lulusan Sastra Arab, peluang kerja terbatas, kecuali mau jadi pegawai bank. Indahnya kerja kantoran hanya saya nikmati selama tiga bulan. Saya memilih keluar dari kantor penerbit karena diterima menjadi Pengajar Muda gaweannya Pak Mendikbud. Walaupun akhirnya gak jadi saya ambil. Singkat cerita setelah itu saya luntang-lantung. Terbenturlah hidup saya karena sebagai anak perta

Karena Kamu sedang Cantik-cantiknya

Gambar
Setahun lalu di bulan November, seorang teman mungil mendatangi saya dan bercerita tentang kasus patah hatinya. Setahun kemudian yang membuatnya patah hati meminta si mbak mungil untuk menjadi istrinya. Saya bertanya pada si mbak mungil, kenapa kamu mau menerima kembali orang yang udah bikin kamu patah hati berkali-kali? Jawabannya simpel, berkali-kali aku patah hati sama dia, obatnya masih tetap sama: kembali lagi pada dia. Begitulah. Saya ikut bahagia buat Makdhin. Semoga senyum merekah ini selalu ada setiap hari.

Mantra~

Mantra apa yang bikin kamu betah hidup jauh dari orang tua? Adalah salah satu kutipan dari Diiwan Imam Syafii di bawah ini: Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang" - (Imam asSyafie)

Jangan Terjebak Romantisisme Kota Jogja

Gambar
7 Oktober 2015, 259 tahun sudah usia Kota Yogyakarta. Melihat hitungan angka, sudah tua sekali kota ini. Kalau dilekatkan pada manusia, usia 259 berarti sudah beberapa kali haul kematiannya diperingati. Itu untuk manusia, yang diprediksi hanya memiliki jatah usia dari 60 hingga 100 tahun. Syukur-syukur bisa melewati angka 60 tahun. Atau mau seperti puisinya Chairil Anwar, yang ingin hidup 1000 tahun lagi. Yah, tapi hidup, bukan soal kuantitas usia tapi seberapa banyak manfaat dalam diri yang bisa diberikan kepada manusia lain selama masih ada nafas. Mungkin begitulah juga prinsip Kota Yogyakarta. Dengan slogan Kota Berhati Nyaman, Jogja berhasil membuat pendatang betah berlama-lama dan menjadikan Jogja sebagai kota kedua dalam sejarah hidup tiap orang yang pernah hidup di sini. Secara khusus, yang berulang tahun hari ini adalah Kotamadya Yogyakarta, bukan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, banyak orang yang salah mengira kalau yang ultah adalah provinsi. Untuk mempering