Sajak Sederhana



Ya, begitulah hidup.
Maka, sejauh apa, saat mata ini mengenal warna.
Begitu pula gunung ini, yang sangat indah dengan warna merah, dan sesayup mata kantup yang tajam.
Itu mungkin terlalu sipit, tetapi sangat besar untuk membanggakan harapku.
Sepertinya sangat sederhana.
Kau tau, bahwa sederhana itu indah.
Dan sederhanamu adalah lebih dari kemewahan.
Betapa aku sangat rindu gunung ini, menyeberangi hari, bermain tanah.
Bersama anak-anak, memainkan harapan, barangkali kau ada di sebelahku.
Kau tau, saat itu aku berdoa bersama mereka, agar kau menjadi mereka, yang lantun membesarkan harapku.
Lalu setelah itu nafasku bengal, karena hati baru saja bergoyang, melantun seindah harapan itu.
Dan dadaku bergetar, memaksa latah mataku menjelajari matamu.



Untuk Pak Guru bijak dalam Kelas Filsafat di atas bukit Plosorejo~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Soto Terenak di Sekitar Kampus UGM versi Aulia

Catatan Perjalanan: Mengunjungi Kampung Baduy

Menengok Kampung Transmigran Jawa di Sorong (1)