Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Tentang Perbedaan Pandangan

Kantor pagi ini rame. Kepala kantor kami membicarakan rencana aksi dari ikatan mahasiswa yang ingin berdemo di depan rumah Buya Syafii Maarif. Demo itu berdasarkan atas tindakan dan ucapan Buya di Indonesia Lawyers Club (ILC) terkait aksi 4 November beberapa hari lalu. Tidak mengherankan memang ketika seorang tokoh didemo oleh sebuah golongan yang tidak sepakat dengan ucapan, tindakan, dan keputusannya. Di Jakarta, juga ada demo serupa. Ela Nofitasari, sekretaris dari pimpinan pusat ikatan diminta mengundurkan diri karena mendeklarasikan diri menjadi salah satu anggota Gadis Ahok, kelompok perempuan pendukung Ahok sebagai Gubernur Jakarta. Bahkan berbagai petisi online bermunculan dengan alasan yang kurang jelas kenapa kita harus menandatangani petisi tersebut. *** Media massa dalam pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung serentak di Indonesia pada 2017 nanti berhasil memecah belah pandangan politik orang dan golongan. Persyarikatan ini, yang lahir dari embrio sosial Ahmad

Jalan-jalan ke Kota Manado (1)

Hampir sebulan lalu, saya mendapat tugas luar kota untuk mengikuti bulan Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan oleh BNPB di Manado. Acara ini diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah se-Indonesia. Mendapat perintah untuk berdinas ke luar kantor (baca: jalan-jalan) tentu hati senang bukan kepalang. Saya berangkat dari Jogja pada Selasa sore bersama dua senior kantor. Pesawat transit di Kota Makassar sebelum akhirnya mendarat di kota Manado. Jam menunjukkan pukul 23.00 Wita ketika kami mendarat di Bandara Sam Ratulangi. Di bandara, kami sudah ditunggu oleh 3 orang rekan-rekan relawan dari Manado yang akan membawa kami menuju hotel di pinggir Pantai Boulevard, sekitar 45 menit lokasinya dari bandara. Itupun kalau gak macet. Di sepanjang perjalanan menuju hotel, saya mengamati suasana Kota Manado. Hampir tengah malam dan kota ini masih ramai saja. Di beberapa warung makan, masih banyak orang yang berkumpul menikmati makanan at

Ruang Privasi

Enam bulan sudah saya beraktivitas di Gedung Muhammadijah jang dibangoen dengan dana himpunan dari oemat. Gedung ini berusia tua, dari sebuah plakat kecil yang ditempel di sisi kanan gerbang gedung, kita bisa melihat catatan waktu gedung ini mulai beroperasi. Gedung ini tidak nampak seperti kantor administratif dengan banyak urusan dan kegiatan di dalamnya. Dari luar, malah seperti tempat pengajian buat bapak-ibu usia paruh baya. Hehe, ampun, Bos.  Tiap Senin sampai Sabtu dengan jam kerja dari jam 8.00-16.00 sore, saya berkegiatan di lantai dua, menempati sebuah ruangan yang merupakan dua ruang besar yang disatukan. Kantor saya, Lembaga Penanggulangan Bencana, kadangkala sesuai dengan nomenclatur namanya mirip seperti sebuah ruangan yang terdampak bencana. Kardus berisi logistik di mana-mana, kertas dan buku yang awalnya tertata rapi lalu datang relawan dari berbagai daerah kemudian jadi berantakan, dengan banyak toples berisi cemilann ber-MSG tersaji di meja tamu dan meja para st

Apa Fungsi Trotoar?

Sore ini saya menemani Senja mengerjakan Pr ppkn. Pertanyaan pertama, "Trotoar di jalan berfungsi untuk ... ". Senja yang masih kelas satu kebingungan menjawab karena dia belum paham konsep trotoar itu apa. Lalu saya beri penjelasan tentang 'trotoar'. Bahwa trotoar adalah sebuah tempat yang ada di kanan dan kiri bahu jalan, biasanya bentuknya lebih tinggi beberapa meter dibanding jalan raya. Sedikit-sedikit Senja mengangguk, mungkib mulai paham. Lalu saya bilang kalau di depan SD-nya, di SD Muhammadiyah Kauman juga ada trotoar. Kemudian, sekali lagi saya tanya, trotoar berfungsi untuk apa? Senja malah jawab, "kalau di depan sekolahku, trotoarnya dipake buat jualan angkringan, Mbak." Toeng. Sontak saya ngakak. Antara lucu dan miris. Benar juga jawaban Senja. Di hampir semua titik di kota besar, trotoar memang sudah beralih fungsi menjadi tempat mangkal pedagang kaki lima ataupun jadi lahan parkir ilegal. Pejalan kaki yang menjadi minoritas harus mengala

Jogja Outdoor Show dan Hasrat Gaul Anak Muda

Tanggal 3 sampai 6 November ini bertempat di GOR UNY dihelat sebuah event yaitu Jogja Outdoor Show atau JOS. Event ini adalah kali kedua yang dilaksanakan di Jogja setelah tahun lalu diadakan bertempat di Gedung LPP Jalan Solo. Sebelumnya, event ini juga digelar di Kota Malang. JOS menghadirkan 50 brand penyedia produk outdoor dari seluruh wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kebetulan, di event ini saya membantu senior menjaga stand miliknya dengan brand Jogja Adventure Kids yang berfokus pada produk dan program khusus untuk anak-anak. Sembari menjaga stand, saya mengamati riuhnya suasana pameran mulai hari pertama. Event ini tidak hanya berisi penjualan produk, tapi juga diselingi dengan talkshow tentang wisata maupun pelatihan singkat mengenai ilmu survival dasar yang biasa diajarkan di komunitas pecinta alam. Pengunjung yang hadir didominasi oleh anak muda kalangan mahasiswa, sebagian kecil orang tua beserta anaknya. Saya juga melihat banyak orang yang keluar dari GOR UNY tan

Bersih

Dalam buku Fikih Islam terbitan manapun, baik penerbit yang berafiliasi dengan Muhammadiyah maupun NU, bab pertama fikih adalah bagian Thaharah atau bersuci. Jelas bahwa Allah SWT menyukai hal-hal yang bersih dan mengajak umat-Nya untuk menjaga kesucian diri. Jadi, kalau kamu mengaku Islam tapi males mandi, males sikat gigi, gak pernah bersihin kamar, gak pernah mau membersihkan sisa makanmu dan meninggalkan bekas kotak makanmu di meja publik. Itu bukan Islam namanya. Islammu bukan hanya dilihat dari sorban atau jilbab panjang yang kamu kenakan. Islammu tidak dilihat dari kemarahan akibat emosi sesaat. Islamku bersih. Islamku ramah.

Belanjalah di Warung Kelontong Dekat Rumah

Gambar
Setiap kali barang kebutuhan sehari-hari di rumah stoknya habis dan tiba waktunya kami berbelanja, bapak selalu berpesan pada mama dan kami semua anak-anaknya agar selalu berbelanja di warung kelontong milik tetangga yang ada di kanan kiri rumah kami. Di lingkungan rumah kami yang berlokasi di komplek perumahan sederhana di Kota Tangerang, seingat saya di gang rumah ada empat warung kelontong kecil. Selain ke pasar, tiap kali gula, minyak sayur, garam, sabun, ataupun sampo habis, kami selalu membeli bergantian ke empat warung tersebut. Waktu bapak menasihati kami, Indomaret dan Alfamart memang belum seramai sekarang ini sehingga mau tidak mau, kami pasti berbelanja di warung tersebut. Mulai tahun 2002-2003, satu per satu toko waralaba tersebut hadir di komplek rumah kami. Awalnya Indomaret yang ada di seberang komplek. Dulu, tiap pulang sekolah, saya beberapa kali mampir ke Indomaret dengan alasan ngadem karena AC nya cukup menyejukkan setelah hampir 40 menit berada di angkot da

Salon: Tempat Pelarian Perempuan Kelas Menengah

Bahwa sejarah berdirinya salon dan mall sebagai tempat pelarian kelas menengah Barat akibat domestifikasi perempuan memang benar adanya. Alasan tersebut sekarang bergeser, salon dan mall gak hanya sebagai pelarian atas domestifikasi perempuan, tapi juga ruang pelarian perempuan-perempuan pekerja dari rutinitas dan beban pekerjaan yang sepertinya gak habis-habis, juga bagi mahasiswa Jogja yang didominasi dari kalangan kelas menengah. Maka, Flaurent Salon dan Spa yang cukup terkenal di kalangan mahasiswi Yogyakarta hadir untuk memenuhi hasrat tersebut.  Siang tadi di salon, agak sedikit nggaya setelah berhasil mengumpulkan sisa uang bulanan, saya merasakan nikmatnya jadi kelas menengah yang bisa dengan mudah membelanjakan uang untuk gaya hidup. Salon, toko buku, dan toko baju belakangan menjadi pelarian saya dari berbagai rutinitas dan kepenatan. Sambil dipijit mbak-mbak salon, saya berpikir betapa Flaurent pintar menangkap peluang di bisnis gaya hidup. Flaurent Salon dan Spa punya l

Barangkali Suatu Hari Nanti

Barangkali suatu hari nanti, aku dan kamu duduk berdampingan di kursi cantik setelah kamu menjabat erat tangan ayahku. Barangkali suatu hari nanti, aku menungguimu kembali dari kantor atau workshop atau dari manapun tempatmu berkreasi dengan ide-idemu. Barangkali suatu hari nanti, kamu menungguiku kembali dari tugas luar kota dengan wajah penuh rindu. Barangkali suatu hari nanti, kita akan berdiskusi tentang kehidupan yang semakin lama semakin unik ini. Barangkali suatu hari nanti, kamu membersamaiku mewujudkan cita-cita kita yang kebetulan sama. Barangkali suatu hari nanti, kamu mengabadikan diriku yang asyik berkegiatan bersama anak-anak melalui kamera pocket-mu. Barangkali suatu hari nanti, kita berdua duduk bersama menikmati senja. Barangkali suatu hari nanti, kamu mengajak anak-anakmu ke puncak gunung, sesuai dengan kebiasaanmu di waktu muda. Barangkali suatu hari nanti, aku dan kamu bersama anak-anak kita berlarian di pantai sembari anak-anak belaja