Jogja Outdoor Show dan Hasrat Gaul Anak Muda

Tanggal 3 sampai 6 November ini bertempat di GOR UNY dihelat sebuah event yaitu Jogja Outdoor Show atau JOS. Event ini adalah kali kedua yang dilaksanakan di Jogja setelah tahun lalu diadakan bertempat di Gedung LPP Jalan Solo. Sebelumnya, event ini juga digelar di Kota Malang.

JOS menghadirkan 50 brand penyedia produk outdoor dari seluruh wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kebetulan, di event ini saya membantu senior menjaga stand miliknya dengan brand Jogja Adventure Kids yang berfokus pada produk dan program khusus untuk anak-anak.

Sembari menjaga stand, saya mengamati riuhnya suasana pameran mulai hari pertama. Event ini tidak hanya berisi penjualan produk, tapi juga diselingi dengan talkshow tentang wisata maupun pelatihan singkat mengenai ilmu survival dasar yang biasa diajarkan di komunitas pecinta alam. Pengunjung yang hadir didominasi oleh anak muda kalangan mahasiswa, sebagian kecil orang tua beserta anaknya. Saya juga melihat banyak orang yang keluar dari GOR UNY tanpa tangan kosong, alias juga berbelanja barang-barang perlengkapan kegiatan outdoor. Sependek pengamatan saya, barang-barang yang dibeli pengunjung, antara lain matras, sleeping bag, backpack, daypack, dry bag, carrier, sandal gunung.

Belakangan terlihat meningkatnya animo masyarakat terhadap kegiatan luar ruang. Ada tempat wisata yang eye catching, masyarakat langsung berbondong-bondong menuju sana. Ada yang sekadar melihat pemandangan, menikmatinya, atau mungkin sekadar berfoto lalu pulang. Jangan lupa upload di instagram. Yak, itu gue banget.

Apa yang melatarbelakangi?
Dulu, berwisata atau berplesir adalah sebuah kemewahan karena hanya kaum bangsawan yang dapat melakukannya. Contohnya di Jogja ini. Di masa kolonial, daerah Kaliurang dibangun vila-vila untuk mewadahi hasrat wisata para pekerja Belanda. Tapi, selain untuk merehatkan pikiran, bangsawan di masa kolonial juga berwisata untuk memperluas kekuasaan. Jelas, karena biaya berwisata di masa lalu sangat mahal dibandingkan masa sekarang.

Media televisi dengan acara-acara bertema jalan-jalan dan petualangan juga marak muncul dan sedikit banyak memberikan pengaruh kepada penontonnya. Saya mengamati sejak kemunculan acara Jejak Petualang di TV7 yang dipandu oleh Riyanni Djangkaru, kemudian muncul acara-acara serupa.

Berwisata lalu memajang foto di media sosial, tentu tidak dalam keadaan polosan saja, perlu asesoris seperti yang ada di akun-akun Instagram dengan topi kece dan jaket lucu biar makin mirip selebgram gaul.
Selain itu, kelas menengah Indonesia semakin bertumbuh dan sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya sehingga ada anggaran yang disediakan untuk memenuhi hasrat gaya hidup. Karena, kalo belum foto di tempat yang hits, maka saya belum gawul.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Soto Terenak di Sekitar Kampus UGM versi Aulia

Catatan Perjalanan: Mengunjungi Kampung Baduy

Menengok Kampung Transmigran Jawa di Sorong (1)