Anakku bukan Anakku

Tahun 2010, saya pernah jadi tentor privat untuk siswa kelas 5 SD Syuhada'. Bimbingan saya waktu itu namanya Mas Galang. Mas Galang ini tipikal anak lelaki yang aktif. Hiperaktif malah. Tiap mau belajar, dia lari-larian dulu di sekitar rumahnya yang cukup luas. Selain lari-larian, kadang dia asik dengan mainan yang dibelinya di sekolah. Karena keaktifan dirinya, saya butuh seribu cara Untuk mendapatkan perhatiaannya sebelum masuk ke bimbingan belajar.

Namanya bimbingan belajar, tentu tugas saya sebagai tentor adalah membimbing Mas Galang untuk memahami materi dari sekolah. Untuk hal ini, saya akui Mas Galang agak susah untuk tenang dan mau neperhatikan materi. Bukan berarti Mas Galang secara kognitif tidak paham materi tetapi saya melihat, Mas Galang bukan tipikal anak yang tekstual dalam belajar.

Ibu Mas Galang adalah tipe ibu-ibu khawatiran dengan obsesi besar terhadap nilai sekolah. Ibunya selalu pengen Mas Galang dapat nilai sempurna. Supaya sesuai dengan standar kurikulum waktu itu.

Hati kecil saya berontak. Saya percaya kalau tiap anak dilahirkan cerdas dengan tujuh kecerdasan yang disebut oleh Goleman. Sayangnya, beberapa orang tua dan guru tidak paham akan hal itu. Sehingga mereka menyamaratakan semua anak tanpa memikirkan kelebihan masing-masing anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Soto Terenak di Sekitar Kampus UGM versi Aulia

Catatan Perjalanan: Mengunjungi Kampung Baduy

Menengok Kampung Transmigran Jawa di Sorong (1)