Jangan salahkan teknologi kalo kita suka selfie. Bahkan presiden saat ini juga senang selfie. Maka, tak heran semua rakyat menirru cara presidennya, termasuk dosen kami.
Patung Selamat Datang Menuju Titik Awal Perjalanan Lebaran tahun 2017 ini, saya dan keluarga memutuskan untuk merayakan Idul Fitri di Tangerang, bukan di Jepara, seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk mengisi jeda liburan yang cukup panjang, di hari ketiga Lebaran, kami berkunjung ke Desa Kanekes atau yang lebih dikenal dengan Desa Adat Baduy. Sebelum berangkat, kami mempersiapkan banyak hal, terkait transportasi, akomodasi, dan kebutuhan logistik. Beberapa informasi sebelum berangkat ke Baduy saya dapatkan dari beberapa travel blogger yang sudah lebih dulu menjejakkan kakinya ke Desa Kanekes. Untuk transportasi, karena ini perjalanan keluarga, kami menggunakan mobil pribadi dengan ayah saya sebagai sopir andalannya. Soal akomodasi, masing-masing anggota keluarga yang berjumlah enam orang membawa keperluan pribadinya menggunakan tas ransel. Hindari menggunakan tas sl...
Sebagai orang yang hobi makan, merangkum berbagai warung makan dengan harga miring dan rasa yang maknyus adalah suatu hal yang penting. Kali ini, saya mengangkat tema soto, makanan khas Indonesia. Dipercaya, soto adalah hasil penciptaan rasa warisan kolonial. Kuah panas berpadu bumbu rempah-rempah menjadi andalan pemanja lidah wong Londo yang menduduki Indonesia. Sumpah, soal ini saya agak ngawur. Hahaha.. Di Jogja, kota yang membesarkan saya selama tujuh tahun belakangan ini, soto menjadi menu sarapan wajib. Ditambah udara pagi Jogja yang dingin memang membutuhkan makanan berkuah panas segar. Gak muluk-muluk, saya merangkum lima soto yang lokasinya gak jauh dari kampus kebanggaan, Gadjah Mada. Soto-soto ini saya rangkum tanpa adanya analisis ilmiah apapun. Saya hanya mengandalkan kepekaan lidah saya terhadap makanan berjenis enak dan enak banget. Soal selera, memang gak bisa diperdebatkan, kata Bang Iwan Fals. Dan saya percaya itu. jadi, kalau menurut pembaca rasa soto-soto d...
rumah transmigran pertama Sorong, 10 Oktober 2017 Adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di tanah Papua. Setelah perjalanan panjang dari Bima menuju Sorong, transit Tangerang selama 8 jam. Batik Air yang saya tumpangi mendarat di Bandara Domine Eduard Osok (DEO). Sebelumnya, saya sudah janjian dengan Pak Eko Tavip dan Pak Anang Triyoso dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sorong untuk audiensi menjelang kegiatan MDMC di Sorong dalam Bulan PRB 2017. Pesawat mendarat tepat waktu, pukul 08.00 WIT. Dari atas pesawat saya sudah merasakan terik matahari pagi. Ini di Indonesia bagian timur, Mbak . Batin saya. Mengingat seminggu sebelumnya saya berada di Bima yang masuk waktu Indonesia bagian tengah dan sempat berada di Tangerang sebelum beranjak ke Sorong. Sebuah pesan singkat masuk ke handphone saya, dari Pak Lestari, staf kampus STKIP Muhammadiyah Sorong yang menjemput saya dan akan mengantar saya selama berkegiatan di Sorong. Lestari, Pelest...
Komentar
Posting Komentar