Satu Mulut, Dua Telinga.

Dalam tiga jam pertemuan saya malam ini dengan empat orang teman, satu di antaranya tidak berhenti bicara dan hal yang dibicarakan sangat tidak penting: ngomongin watak buruk orang lain yang jelas-jelas gak akan bisa diubah. Saya sudah kenal dan mengenali teman ini selama tujuh tahun dan tidak ada yang berubah dari dirinya: menguasai panggung pembicaraan. Mungkin dia lupa, kalau yang dia punya adalah satu mulut dan dua telinga. Atau mungkin dia tidak menyadari kegunaan mulut dan telinga?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Soto Terenak di Sekitar Kampus UGM versi Aulia

Catatan Perjalanan: Mengunjungi Kampung Baduy

Menengok Kampung Transmigran Jawa di Sorong (1)