#refleksi

Yap, sudah tanggal 28 dan menjadi hari ke-26 #bulanbloggingkbm. Rasanya menyesakkan sekaligus mengasyikkan. Sejak tanggal 3 Agustus lalu, tiap pagi saya disibukkan dengan mikirin ide apa yang bakal saya tulis di blog. Awalnya rajin dan udah bikin timeline pribadi buat jadwal tulisan blog. Makin hari, makin lama, akhirnya seadanya ide yang ditemui di sela-sela kegiatan antara makan, tidur, ngemil, dan nyinyir.

Menulis blog jadi rutinitas baru. Saya analogikan, hidup saya sejak 3 Agustus lalu seakan di panopticon oleh admin-admin blog, macam Neli. Mau gak mau, saya nulis. Kalo lagi capek dan buntu, saya ketik seadanya demi menghindari denda 10rb rupiah.

Ini juga yang terjadi bagi umat beragama Islam, agama yang sampai saat ini masih saya yakini dan penuhi rutinitasnya. Hahaha..
Sedari balig, sekitar usia 11 tahun, saya diwajibkan shalat. Karena kata Mama dan ustadz saya waktu kecil, sekali kamu meninggalkan shalat maka hukuman dari Tuhan menanti di akhirat nanti. Tambahan lagi, kata Mama, shalat adalah tiang agama. Yang menyangga segala peri kehidupannu, dari hidup yang sederhana hingga yang rumit sekaligus. Sungguh, mama saya seorang yang agamis dan juga manis.

Akhirnya, saya shalat sekadar untuk menunaikan kewajiban. Membayar kewajiban. Saya shalat karena perasaan diawasi Tuhan. Pan opticon dimana-mana. Lucu kadang kalo dipikir. Saya kan gak tau, apa benar Tuhan lagi ngawasin saya? Emang Tuhan gak sibuk ngawasin makhluk lainnya yang jumlahnya banyak itu? Emang saya punya kelebihan apa sampai-sampai Tuhan begitu telaten mengawasi saya?

Seiring berjalannya waktu dan meningkatnya pemahaman, saya memutuskan untuk "menghilangkan" perasaan diawasi dan memilih menjalani laku ikhlas. Prinsip saya, lakukan saja semua kebaikan yang diperintahkan Tuhan tanpa ada harapan apa-apa. Sekadar memberi, jangan pernah berharap untuk kembali. Dengan begitu, saya tidak lagi merasa shalat dan segala kewajiban vertikal horizontal lainnya hanya sebagai penebus kewajiban sbg umat Tuhan. Sungguh.

Kembali lagi ke soal kewajiban menulis blog, semoga setelah ini, menulis menjadi salah satu obat dan amalan ikhlas tanpa ada paksaan dan tendensi apapun dan dari siapapun. Karena ternyata, rutinitas ini sulit tapi asyik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Soto Terenak di Sekitar Kampus UGM versi Aulia

Catatan Perjalanan: Mengunjungi Kampung Baduy

Menengok Kampung Transmigran Jawa di Sorong (1)